Form Data Uji Klinik FKUI Tahun 2020 - 2023

Uji Fase I/II Transplantasi Allogeneic Umbilical Cord Mesenchymal Stem Cell pada Pasien Sirosis Hati Akibat Hepatitis B
dr. Chyntia Olivia Maurine Jasirwan, MARS, PhD, SpPD-KGEH
FK UI - RSCM
Uji Fase I/II Transplantasi Allogeneic Umbilical Cord Mesenchymal Stem Cell pada Pasien Sirosis Hati Akibat Hepatitis B
RSCM dan RS Yarsi
2021
Prodia
Prodia
Stem Cell
-
Sirosis adalah tahap lanjut dari penyakit hati kronis yang ditandai dengan fibrosis dan rusaknya
struktur hati. Secara global, diperkirakan lebih dari 50 juta penduduk di dunia terkena penyakit hati
kronis, dan tiga penyebab tersering sirosis adalah alkohol, non-alcoholic steatohepatitis (NASH), dan hepatitis virus.1 Di Indonesia, penderita hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0- 20.3%, dengan proporsi di luar pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan di pulau Jawa. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi HBsAg positif sebesar 7,1%. 2 Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 257 juta orang di dunia mengidap hepatitis B
dan 20-30% yang mengidap infeksi kronik akan berkembang menjadi sirosis dan atau kanker hati.3
Hingga saat ini, tatalaksana pasien yang telah mengidap sirosis terbatas dan transplantasi hati adalah satu-satunya terapi definitif pada pasien sirosis maupun kanker hati. Namun langkah tersebut memiliki beberapa kendala, diantaranya yaitu terbatasnya donor, komplikasi yang
ditimbulkan pasca operasi, rejeksi imun, dan tingginya biaya medis.4,5 Beberapa inovasi dalam
bidang terapi mulai bermunculan untuk mengatasi hal tersebut, terutama yang sudah jatuh dalam
sirosis dekompensata dan karsinoma sel hati.
Terapi sel menggunakan sel punca mesenkimal/mesenchymal stem cell (MSC) telah banyak
dipelajari sebagai upaya pengembangan strategi alternatif untuk masalah tersebut. MSC dikatakan
menjadi sumber terapi sel potensial karena kemampuannya untuk berkembang menjadi sel lain dan memiliki fungsi yang beragam, seperti anti fibrosis dan anti inflamasi. MSC dapat diisolasi dari
sumsum tulang, jaringan adiposa, dan umbilikal. Melakukan kultur MSC relatif mudah dan MSC
dapat berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel, termasuk adiposit, hepatosit, dan neurosit. Sumber sel tersebut diharapkan dapat menggantikan jaringan tubuh yang rusak.6,7
Tali pusat manusia merupakan sumber MSC yang menjanjikan. Hal tersebut karena tali pusat
merupakan “limbah” dari persalinan sehingga prosedur pengambilan tali pusat tidak menyakitkan dan tidak melanggar etik. Menurut Zhao dkk, MSC dari tali pusat lebih baik karena usia jaringan masih muda dan tingkat infeksi rendah dibandingkan dengan MSC dari jaringan dewasa.8 Selain itu, MSC dari tali pusat dapat melakukan pembaharuan diri yang lebih cepat dibandingkan dengan sumber lain dan dapat diproduksi dalam skala yang lebih besar.5
Penggunaan MSC tersebut bisa secara autolog (berasal dari individu yang sama) maupun
alogenik (berasal dari individu lain pada spesies yang sama). Akan tetapi, penggunaan sel secara
autolog memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut berupa kondisi beberapa pasien yang tidak memungkinkan untuk menggunakan MSC milik dirinya sendiri. Hal tersebut karena kurangnya berat badan pasien, memiliki riwayat penyakit tertentu,umur yang terlalu tua, pasien dengan riwayat penyakit sistemik seperti diabetes, rheumatoid artritis, dan lupus erithematosus. Umur yang terlalu tua dapat mempengaruhi aktivitas biologis pasien, termasuk potensi diferensiasi dan regeneratif sel dapat menurun. Selain itu, penggunaan sel autolog dapat memakan waktu yang lebih lama sehingga sulit untuk segera digunakan pada kondisi darurat seperti pengobatan penyakit akut (stroke dan infark miokardial). Sebaliknya, MSC yang alogenik telah tersedia dan dapat digunakan saat dibutuhkan.
Penggunaan MSC alogenik memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu mutu sel terjamin, dapat mengurangi waktu dan biaya terapi sel karena tidak perlu adanya proses pengambilan sel punca dari dalam tubuh pasien itu sendiri. Selain itu, MSC memiliki sifat imunosupresif dan imunogenisitas yang rendah sehingga dapat mengurangi respon imun setelah implantasi.
7
Indonesia sendiri belum pernah mempublikasi penelitian mengenai efek sel punca pada penyakit
hati kronis, sehingga penulis ingin melakukan penelitian mengenai efek transplantasi allogeneic
umbilical cord stem cell pada pasien sirosis hati akibat hepatitis B.